Rabu, 25 Juli 2012

Akhlak Nabi Muhammad saw adalah Al-Quran


Dalam buku Dan Muhammad Utusan Allah karya Annemarie Schimel (diterbitkan Mizan, 1994, halaman 46) ada kutipan dari “Shahifah Hammam Ibnu Munabih” karya Hamdullah bahwa banyak catatan yang menyatakan Umar bin Khaththab menentang periwayatan hadits dan menghukum orang-orang yang mengkabarkan keistimewaan keluarga kerabat Nabi Muhammad saw. Pelarangan tersebut dilakukan karena khawatir terjadinya campur aduk antara wahyu dan hadits Rasulullah saw.
Namun sayang, alasan tersebut tampaknya tidak cukup kuat. Jika dilihat dari ucapan Aisyah binti Abu Bakar bahwa akhlak Nabi adalah al-Quran dan Nabi adalah al-Quran yang berjalan. Artinya, sosok Nabi Muhammad saw beserta tingkah laku, petuah, perintah, dan larangannya merupakan realisasi dari wahyu. Karena itu, Nabi Muhammad saw dan al-Quran adalah satu-kesatuan dari nubuwwah yang mestinya diterima secara lapang dada.
Al-Quran tidak akan bercampur aduk dengan hadits karena Allah Swt yang menjaganya. Banyak bukti yang muncul bahwa orang-orang yang mencoba mengubah isi Quran dapat segera diketahui. Bahkan, untuk urusan salah harakat saja cepat diketahui. Karena itu, sangat tidak mungkin bercampur aduk dengan hadis ketika berada dalam hafalan kaum Muslim pada masa dahulu.
Memang dalam sejarah Islam pascawafat Rasulullah saw bukan hanya Umar yang telah berbuat demikian. Utsman bin Affan pun ketika berkuasa tidak memberikan toleransi atas munculnya berbagai mushaf Al-Qur’an. Ia, atas wewenang kekhilafahan membakar mushaf yang berbeda secara susunan dan menyuguhkan mushaf versinya (dimulai surat al-Fatihah diakhiri surat an-Nas) agar menjadi pegangan bagi kaum Muslim sampai sekarang.
Begitu juga Abu Bakar. Ia memerangi sebagian besar sahabat Nabi saw yang menolak bai`at dan tidak memberikan tanah ‘fadak’ yang telah diberikan Rasulullah saw kepada puterinya.
Pada waktu itu, dalam upaya menuntut haknya, Sayyidah Fathimah berpidato di tengah massa: “Kamu sekalian mengira bahwa aku tidak mewarisi? Apakah hukum jahiliyah yang kalian praktikan sekarang? Tidaklah ada hukum yang lebih baik dari hukum Allah bagi orang-orang yang yakin (QS Al-Maidah: 50). Wahai orang Islam yang telah hijrah, pantaskah harta warisan dari ayahku akan diambil dariku secara paksa? Apakah ada ketentuan dalam al-Qur’an, bahwa engkau mewarisi dari ayahmu dan aku tidak mewarisi dari ayahku? Jika itu dibenarkan, sungguh kalian telah mengerjakan suatu kesalahan yang besar! Sungguh di samping ayahku dan kamu sekalian, ada al-Qur’an yang tertulis, yang akan dihadapkan kepadamu di masyhar. Di sana, hakimnya Allah Swt dan pemimpinnya adalah Nabi Muhammad saw, yang bertemunya kelak pada hari kiamat; dan pada waktu tibanya hari kiamat itu, orang-orang yang berbuat salah akan merugi karena untuk setiap berita (yang dibawa oleh Rasulullah) itu ada waktu terjadinya dan kelak kamu akan mengetahuinya (QS Al-Anam: 67).”
Malik bin Anas dalam Al-Muwatta, bab jihad syuhada fi sabilillah telah meriwayatkan dari Umar bin Ubaidillah bahwa Rasulullah saw berkata kepada para syahid di Uhud, “Aku menjadi saksi kepada mereka semua.”
Abu Bakar yang berada ditempat itu berkomentar, “Tidakkah kami wahai Rasulullah saw saudara-saudara mereka. Kami telah masuk Islam sebagaimana mereka masuk Islam dan kami telah berjihad di jalan Allah sebagaimana mereka berjihad?” Rasulullah saw menjawab, “Ya! Tetapi aku tidak mengetahui bid`ah mana yang kalian akan lakukan selepasku.”
Al-Bukhari dalam kitab Jami Ash-Shahih, jilid 3, hal.32, bagian kitab bad’ al-khalq fi bab ghuzwah al-hudaibiyyah meriwayatkan dengan sanad dari Al-Ala bin Al-Musayyab dari bapaknya berkata, “aku berjumpa Al-Barra bin Azib dan berkata kepadanya: alangkah beruntungnya Anda karena bersahabat dengan Nabi saw dan Anda telah membai`at kepada Nabi saw di bawah pohon. Lalu, dia menjawab, “Wahai anak saudaraku, sesungguhnya Anda tidak mengetahui apa yang kami telah lakukan selepasnya.”
Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda kepada orang-orang Anshar, “Sesungguhnya kalian akan menyaksikan sifat tamak yang dahsyat selepasku. Oleh karena itu, bersabarlah sehingga kalian bertemu Allah dan Rasul-Nya di Haudh.” (Al-Bukhari, Jami Ash-Shahih, jilid III, hal.135)
Ibnu Sa`d meriwayatkan dalam kitab Thabaqat, jilid VIII, hal. 51, dengan sanad dari Ismail bin Qais berkata, “Aisyah ketika wafatnya berkata: sesungguhnya aku telah melakukan bid`ah-bid`ah (ahdathtu) selepas wafat Rasulullah saw maka kebumikanlah aku bersama-sama istri Nabi saw.”
Mengapa sahabat Nabi Muhammad saw berbuat seperti itu?
Memang jika dibongkar ada beberapa kejadian yang tidak pernah sampai kepada umat Islam sekarang. Seperti pembunuhan terhadap keluarga dan keturunan Rasulullah saw yang dilakukan para penguasa Dinasti Umayyah dan Abbasiyah. Bahkan, pada abad 19 M. terjadi penghancuran dan perusakan kuburan Rasulullah saw serta sebagian aksesoris Ka’bah (Baitullah) oleh kaum Muslim puritan yang dipimpin Muhammad bin Abdul Wahab.
Mereka meneriakkan bid’ah dan menganggap sesat terhadap yang berbeda paham dalam menjalankan ibadah-ibadah Islam. Gerakan dan ajaran mereka itu sampai sekarang dipelihara dan menjadi mazhab resmi kerajaan Arab Saudi serta meluaskan pahamnya ke berbagai negeri Muslim, termasuk Indonesia.
Mengapa semua itu bisa terjadi?
Tampaknya tidak ada yang mampu menjawab selain melihat konteks sejarah dan kepentingan-kepentingan politis mereka, termasuk pihak-pihak dari luar Islam. Oleh karena itu, umat Islam harus mulai mengkaji dan mengkritisi hadits-hadits maupun sejarah yang sampai kepada kita dengan membandingkannya dengan sumber kebenaran yang utama: Al-Quran.

Post  Zainuddin Azis

 

Selasa, 24 Juli 2012

NASIHAT MALAM PERTAMA SESUAI AJARAN NABI MUHAMMAD SAW 
 

Nasihat indah.....Malam Pertama sesuai ajaran nabi Muhammad SAW

,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Rasulullah SAW begitu romantis kepada istrinya. Beliaupun punya nasihat indah bagi setiap pengantin baru. Apa sajakah? Berikut nasihat beliau.

• MENCIUM KENING

Malam pertama begitu indah, tapi kata Rasulullah, harus diiringi doa serta memberikan sentuhan kemesraan perdana kepada istri. Rasulullah SAW bersabda: “Apabila salah seorang dari kamu menikahi wanita atau membeli seorang budak, maka peganglah ubun-ubunya lalu bacalah ‘basmalah’ serta doakanlah dengan doa berkah seraya mengucapkan: ‘Ya Allah, aku memohon kebaikannya dan kebaikan tabiatnya yang ia bawa. Dan aku berlindung dari kejelekannya dan kejelekan tabiat yang ia bawa.’” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, al-Hakim).

• SALAT SUNAH

Agar pernikahan kita diiringi rida dan rahmat Allah, Rasul pun mengajarkan agar sebelum berhubungan suami istri di malam pertama hendaknya salat sunah dua rakaat lebih dulu.

Anjuran ini bisa kita lihat dalam sebuah hadis dari Abu Sa’id maula (budak yang telah dimerdekakan) Abu Usaid. Ia berkata: “Aku menikah ketika aku masih seorang budak. Ketika itu aku mengundang beberapa orang Shahabat Nabi, diantaranya ‘Abdullah bin Mas’ud, Abu Dzarr dan Hudzaifah radhiyallaahu ‘anhum. Lalu tibalah waktu shalat, Abu Dzarr bergegas untuk mengimami salat. Tetapi mereka berkata: ‘Kamulah (Abu Sa’id) yang berhak!’ Ia (Abu Dzarr) berkata: ‘Apakah benar demikian?’ ‘Benar!’ jawab mereka. Aku pun maju mengimami mereka salat. Ketika itu aku masih seorang budak. Selanjutnya mereka mengajariku, ‘Jika isterimu nanti datang menemuimu, hendaklah kalian berdua shalat dua rakaat. Lalu mintalah kepada Allah kebaikan istrimu itu dan mintalah perlindungan kepada-Nya dari keburukannya. Selanjutnya terserah kamu berdua…’” (Adabuz Zifaf fis Sunnah al-Muthahharah).

• DOA PEMBUKA

Setelah salat sunah dua rakaat, dianjurkan pula untuk berdoa. Sebagaimana hadis: “Seorang datang kepada ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu, lalu ia berkata, ‘Aku menikah dengan seorang gadis, aku khawatir dia membenciku.’ ‘Abdullah bin Mas’ud berkata, ‘Sesungguhnya cinta berasal dari Allah, sedangkan kebencian berasal dari setan, untuk membenci apa-apa yang dihalalkan Allah. Jika isterimu datang kepadamu, maka perintahkanlah untuk melaksanakan salat dua rakaat di belakangmu. Lalu ucapkanlah (berdoalah): “Ya Allah, berikanlah keberkahan kepadaku dan isteriku, serta berkahilah mereka dengan sebab aku. Ya Allah, berikanlah rezeki kepadaku lantaran mereka, dan berikanlah rezeki kepada mereka lantaran aku. Ya Allah, satukanlah antara kami (berdua) dalam kebaikan dan pisahkanlah antara kami (berdua) dalam kebaikan.” (lihat di Kitab al-Mushannaf).

• MINUM SEGELAS AIR

Sebelum memulai hubungan kali pertama, Rasul berpesan agar jangan terburu-buru. Alangkah baiknya dimulai dengan kelembutan dan kemesraan. Misalnya, dengan memberinya segelas air minum atau yang lainnya. Sebagaimana hadis Asma’ binti Yazid binti as-Sakan r.a., ia berkata: “Saya merias ‘Aisyah untuk Rasulullah SAW. Setelah itu saya datangi dan saya panggil beliau supaya menghadiahkan sesuatu kepada ‘Aisyah. Beliau pun datang lalu duduk disamping ‘Aisyah. Ketika itu Rasulullah SAW disodori segelas susu. Setelah beliau minum, gelas itu beliau sodorkan kepada ‘Aisyah. Tetapi ‘Aisyah menundukkan kepalanya dan malu-malu.” ‘Asma binti Yazin berkata: “Aku menegur ‘Aisyah dan berkata kepadanya, ‘Ambillah gelas itu dari tangan Rasulullah SAW!’ Akhirnya ‘Aisyah pun meraih gelas itu dan meminum isinya sedikit.” (HR. Ahmad di kitab Adabuz Zifaf fis Sunnah al-Muthahharah)

• DOA SEBELUM BERHUBUNGAN

Subhanallah, Islam begitu indah mengatur hubungan suami istri. Setiap kali akan berhubungan suami istri, selalu diingatkan untuk senantiasa berdoa: “Bismillah, Allahumma jannibnaasy syaithaana wa jannibisy syaithaana maa razaqtana.”

Artinya: “Dengan menyebut nama Allah, Ya Allah, jauhkanlah aku dari setan dan jauhkanlah syaitan dari anak yang akan Engkau karuniakan kepada kami.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Rasulullah SAW juga bersabda: “Maka, apabila Allah menetapkan lahirnya seorang anak dari hubungan antara keduanya, niscaya syaitan tidak akan membahayakannya selama-lamanya.” (HR. Bukhari, Muslim

Minggu, 22 Juli 2012

Jejak Rasulullah Saw Dalam Menyambut Bulan Suci Ramadhan

Bulan Ramadhan adalah bulan suci yang penuh dengan keberkahan dan keutamaan. Orang mukmin dianjurkan untuk meraih sebaik-baiknya, dan sebanyak-banyaknya kesempatan dalam berbuat kebajikan apapun bentuknya. Bila kita menelusuri jejak Rasululah saw. dalam menyambut bulan suci Ramadhan ini, maka akan kita dapati hal-hal sbb:
1. Beliau selalu bergegas memenuhi panggilan kebaikan, seperti shalat berjama’ah, shalat sunnah, mengeluarkan sedekah, membaca al-Qur’an dan sebagainya.Beliau bersabda:
“Apabila datang malam pertama bulan Ramadhan,dibelenggulah syetan dan jin, ditutuplah pintu-pintu neraka, dan dibukalah pintu-pintu surga, kemudian diserukan: wahai orang yang mendambakan kebaikan, datanglah!! dan wahai orang yang tak suka kebaikan, bermalaslah!! (artinya, engganlah memperbanyak amalmu). Dan sesungguhnya dalam bulan Ramadhan ini setiap malamnya Allah swt. membebaskan orang-orang yang dikehendakiNYA dari api neraka. (Hadis riwayat Imam al-Turmudzi)
2. Melipatgandakan amal perbuatan yang baik, baik yang fardlu maupun yang sunnah. Diriwayatkan oleh Salman, bahwa pada suatu hari di penghujung bulan Sya’ban Rasulullah saw. bersabda;
“Wahai sekalian manusia, telah datang kepadamu bulan yang agung, penuh keberkahan, di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan; diwajibkan padanya puasa; dan dianjurkan untuk menghidupkan malam-malamnya. Maka barang siapa yang mengerjakan satu kebajikan pada bulan ini, seolah-olah ia mengerjakan satu perintah kewajiban di bulan lain, dan siapa yang mengerjakan ibadah yang wajib,seakan-akan ia mengerjakan tujuh puluh kali kewajiban tersebut di bulan yang lain.”
Begitulah pahala mengerjakan ibadah sunnah sama dengan pahala mengerjakan ibadah wajib, sedangkan ibadah wajib akan dibalas tujuh puluh kali lipat pahalanya.
3. Beliau sangat pemurah dan sangat gemar bersedekah serta memberi makan orang yang berpuasa. Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhary ra., bahwa Rasulullah saw. adalah orang yang paling pemurah, lebih-lebih pada bulan Ramadhan. Dilukiskan bahwa kebaikan beliau bagaikan hembusan angin yang lembut, membawa banyak karunia, menabur kegembiraan di hati orang mukmin. Diriwayatkan pula bahwa beliau sangat penderma, bahkan tidak pernah menolak permintaan apapun yang diajukan ke beliau.
4. Banyak berdo’a, terutama ketika hendak berbuka puasa. Beliau bersabda:
“Saat-saat berbuka adalah saat yang paling tepat dan mujarab bagi orang yang berpuasa untuk berdoa.” Dan doa yang selalu diucapkan ketika berdoa adalah “Ya Allah, hanya karenamu aku berpuasa, dan dengan rizkimu aku berbuka, telah hilang haus dan dahaga, maka tetap hauslah pahala bagiku, ya Allah!!”.
5. Selalu tadarus (membaca al-Qur’an). Setiap malam bulan Ramadhan Malaikat Jibril as. selalu datang menemui Rasulullah saw., dan bersama-sama membaca al-Qur’an, silih berganti. Hikmah tadarus Rasulullah di antaranya adalah untuk mengajarkan umatnya agar rajin membaca al-Qur’an atau tadarus, terutama di bulan suci Ramadhan itu, di setiap waktu, apalagi di malam hari, dan ketika mengerjakan salat malam (tahajjud).
6. Meningkatkan gairah ibadahnya terutama pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Hal mana dilaksanakan untuk meraih terutama lailatul qadar. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda:
“Barangsiapa yang beribadah pada malam lailatul qadar dengan penuh keimanan dan harapan, Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah ia lakukan.” Seperti kita ketahui, bahwa ibadah pada malam ini sama nilainya dengan kita beribadah seribu bulan lamanya. Dan doa yang paling afdhol (paling utama) diucapkan pada malam itu adalah: “Ya Allah, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pengampun dan Pemurah serta sangat suka memaafkan. Maka ampunilah kesalahan-kesalahan kami, ya Allah. (Allaahumma innaka ‘afuwwun kariim, tuhibbu al-’afwa fa’fu ‘annaa yaa kariim).
Diriwayatkan: barang siapa yang salat Maghrib dan Isya’ berjama’ah pada malam Lailatul Qadar itu, maka ia telah mendapatkan sebagian besar keutamaan malam Lailatul Qadar itu. Riwayat yang lain mengatakan, “Siapa yang salat Isya’ berjama’ah pada malam Lailatul Qadar itu, seakan-akan ia telah menghidupkan separoh malam tersebut, dan bila ia menunaikan salat Subuhnya, maka ia telah menyempurnakan seluruh malam Lailatur Qadar tersebut.
Itulah beberapa jejak Rasulullah saw. pada bulan Ramadhan, yang pada dasarnya beliau mengajarkan umatnya agar bersungguh-sungguh meraih kebaikan-kebaikan yang ada padanya, dengan berbuat keta’atan, kebaikan, ibadah, terutama ibadah-ibadah sosial, seperti menolong orang lain, meringankan beban hidup orang lain, menyantuni anak yatim dan orang-orang yang papa atau memberi makan orang yang akan berbuka puasa. Di samping itu beliau juga mengajarkan umatnya agar menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan munkar, makruh, dan mubah, apalagi yang haram. Bahkan beliau memperingatkan dengan sabdanya:
“Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan keji atau kotor (seperti berdusta, membicarakan orang lain atau mengadu domba), maka tidak ada artinya puasanya itu, kecuali ia hanya merasakan lapar dan dahaga saja.”
Demikianlah, semoga Allah swt. menerima dan melipatgandakan amal ibadah kita, dan semoga Allah swt. memberikan kekuatan di dalam menjalankannya. Salawat serta salam kepada Nabi kita Muhammad saw. Walhamdulillahirabbil’aalamiin.
Disiapkan oleh Bapak Syaerazi Dimyati        Post By Zainuddin Azis

Minggu, 08 Juli 2012

Akhlak Rasulullah SAW


    
      Rasulullah SAW pernah ditanya oleh seseorang, “Siapakan perempuan yang paling Engkau cintai ?”. Beliau SAW menjawab,” Aisyah”. Lalu ditanya lagi,”Kalau dari kalangan laki laki, siapakah yang paling engkau cintai Ya Rasulullah?”. Rasulullah SAW menjawab,”Ayahnya yaitu Abu Bakar”. Khalifah Abu Bakar As Shiddiq r.a lelaki yang paling utama di kalangan umat ini adalah orang yang menemani Rasulullah SAW hijrah dari Mekkah ke Madinah. Beliau pula orang yang paling banyak berinfaq fi sabilillah bila seruan jihad telah berkumandang. Sewaktu Rasulullah SAW sakit yang menyebabkan kewafatannya maka Abu Bakar r.a yang ditunjuk sebagai Imam sholat. Dan kelak syurga yang paling luas dari kalangan umat ini adalah syurganya Abu Bakar r.a
Pernah suatu hari Abu Bakar r.a tercenung, ia sedang berpikir kira kira amal apa yang pernah dikerjakan oleh Rasulullah SAW tapi belum ia kerjakan. Maka ia mencari anaknya, Aisyah r.a dan bertanya,”Wahai anakku, apa kira kira amal yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW ketika masih hidup tapi belum aku kerjakan?”. Aisyah r.a berpikir sejenak lalu menjawab, “Rasulullah SAW selalu memberi makan kepada seorang Yahudi buta di pojok sudut pasar”. Maka Abu Bakar r.a mengecek apa yang dikatakan oleh anaknya dan benar saja, ia dapati seorang perempuan renta yang buta duduk disudut pasar tanpa ada siapapun yang mempedulikannya.
Abu Bakar r.a segera mendekati perempuan buta Yahudi itu dan mengeluarkankan roti yang sudah siapkan untuk diberi kepada perempuan buta itu. Dari mulut perempuan buta itu selalu terdengar omongan yang buruk tantang Rasulullah SAW. Ia menghina Rasulullah SAW dan menyuruh orang orang dipasar untuk tidak mengikuti ajakan Muhammad. Abu Bakar r.a mendengar itu semua dan sabar, ia tidak bisa membayangkan perasaan Rasulullah SAW memberi makan perempuan buta itu sambil dihina dan diejek setiap harinya oleh perempuan yang sama. Mulut yang telah diberinya makan tiap hari tapi kembali memberi berupa hinaan dan cercaan. Rasulullah SAW memang memiliki akhlak yang agung.
Ketika suapan pertama telah masuk kedalam mulut perempuan buta itu ia merasa kaget dan memuntahkan makanan yang diberi oleh Abu Bakar r.a. Perempuan buta itu berkata,”Siapa kamu, kamu bukan orang yang biasa memberi aku makan”. Abu Bakar berkata ,”Dari mana kamu tahu kalau aku bukan orang yang biasa memberi kamu makan?”. Perempuan buta itu menjawab,”Makanan yang kau beri tidak kau haluskan lebih dulu. Orang yang biasa memberi aku makan selalu menghaluskan makanan lebih dulu karena ia tahu kalau gigiku sudah tak sanggup mengunyah makanan”. Abu Bakar r.a hendak meneteskan airmata, mengingat akan kekasihnya Rasulullah SAW yang berakhlak sangat mulia sekalipun kepada orang yang setiap hari menghina dan mencacinya. Sejenak kemudian Abu Bakar r.a berkata,”Ketahuilah olehmu wahai perempuan yang buta bahwa orang yang biasa memberimu makan sudah meninggal beberapa hari yang lalu dan aku adalah sahabatnya. Orang yang biasa memberimu makan adalah Muhammad SAW, laki laki yang tiap hari selalu bersabar meski kau hina dan caci sedangkan ia tak pernah berhenti menyuapkan makanan kemulutmu”.
Perempuan Yahudi yang buta itu kaget bukan main dan tak lama kemudian ia menangis. Benaknya berpikir bagaimana mungkin orang yang selalu bersabar dan memberinya makan sambil terus mendengar hinaan dan cacian bukan seseorang yang menjadi pilihan Tuhan untuk menyampaikan Risalah kenabian. Ia menyesal belum sempat meminta maaf kepada orang yang sangat peduli dengannya padahal tidak ada seorang keluarganyapun yang sempat menengok keadaannya.
Ia lalu bersyahadat dihadapan Abu Bakar r.a dan menjadi muslimah yang taat. Kini hari harinya diisi dengan ibadah. Tidak pernah ia melewatkan waktu kecuali dengan sibuk berzikir dan beribadah. Ia selalu menangis bila ziarah ke makam Rasulullah SAW. Kini iman telah mengisi relung kalbunya dan amal sholeh telah menghiasi tubuhnya.
Rasulullah SAW adalah seorang maestro cinta. Beliau menebarkan rahmat kemanapun melangkah. Beliau menyemai hidayah dalam setiap aktifitas. Beliau mengajarkan kelembutan dalam bertutur kata dan beliau SAW memberi rasa aman dalam setiap tindakan. Tidak salah kiranya kalau seorang penulis terkenal Barat Michael Hart menempatkan Muhammad SAW sebagai orang paling berpengaruh sepanjang masa. Semoga kita tidak hanya bisa membaca ceritanya tapi juga bisa meneladani sifat sifatnya..Amiin

Sebagian dari mukjizat Rasulullah SAW

     Rasulullah SAW dalam setiap langkah dan geraknya senantiasa mendapat wahyu dari Allah SWT. Tidak ada sesuatupun yang terucap atau diperbuat oleh Rasulullah SAW kecuali dalam bingkai wahyu dari Allah SWT. Peristiwa peristiwa yang terjadi berikut ini merupakan bagian dari mukjizat kenabian yang pernah dialami oleh Rasulullah SAW dan dilihat oleh sahabat.Melihat mukjizat merupakan suatu pengalaman yang menakjubkan dan diluar akal sehat. Peristiwa yang langka tersebut akan susah dipahami oleh insane yang lemah kadar keimanannya.
Dikisahkan bahwa pada suatu hari Sahabat Uqail bin Abi Thalib r.a pergi bersama-sama dengan Nabi Muhammad s.a.w. Didalam perjalanan itu Rasulullah hendak buang hajat dan menambil air wudhu sedangkan didaerah tersebut tidak ada tempat tertutup yang bisa dijadikan untuk membuang hajat. Maka Rasulullah s.a.w. berkata kepada Uqail, “Hai Uqail teruslah engkau berjalan sampai ke pohon pohon itu, dan berkatalah kepadanya, bahawa sesungguhnya Rasulullah berkata; “Agar kamu semua datang kepadanya untuk menjadi tabir penutup baginya, kerana sesungguhnya Rasulullah akan mengambil air wudhu dan buang air besar.”
Maka Uqail bin Abi Thalib segera pergi menjalankan perintah Rasulullah SAW tapi sebelum tiba diantara pepohonan itu ternyata pohon pohon itu telah berpindah dengan sendirinya dan berkeliling mengitari Rasulullah SAW hingga beliau selesai menunaikan hajatnya dan kembali berwudhu.
Perjalanan dilanjutkan dengan melewati sebuah gunung yang tandus dan kering. Hampir tidak ada pepohonan disekitar daerah itu dan hanya ada sedikit semak belukar kering menghiasi sekitar dataran rendah digunung itu dan tak ada seorang pengembala yang lewat untuk mengembalakan ternaknya disana.Uqail pun meerasa haus dan setelah mencari air ke mana pun namun tidak ditemui. Maka Rasulullah s.a.w. berkata kepada Uqail bin Abi Thalib, “Hai Uqail, dakilah gunung itu, dan sampaikanlah salamku kepadanya serta katakan, “Jika padamu ada air, berilah aku minum!”
Uqail lalu pergi mendaki gunung itu dan berkata kepadanya sebagaimana yang telah disabdakan Rasulullah s.a.w. itu. Hal yang ajaibpun terjadi, sebelum ia selesai berkata, gunung itu berkata dengan fasihnya, “Katakanlah kepada Rasulullah, bahawa aku sejak Allah s.w.t.  menurunkan ayat yang bermaksud : (“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu beserta keluargamu dari (siksa) api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu).” “Aku menangis dari sebab takut kalau aku menjadi batu itu maka tidak ada lagi air padaku.”

    Kini mereka kembali melanjutkan perjalanan dan memasuki desa arab kampung. Ketika sedang asik asiknya melepas lelah tiba-tiba ada seekor  unta yang meloncat dan lari ke hadapan Rasulullah s.a.w., maka unta itu lalu berkata, “Ya Rasulullah, aku minta perlindungan darimu.” Unta masih belum selesai mengadukan halnya, tiba-tiba datanglah dari belakang seorang Arab kampung dengan membawa pedang terhunus. Melihat orang Arab kampung dengan membawa pedang terhunus, Nabi Muhammad s.a.w. berkata, “Hendak apakah kamu terhadap unta itu ?”
Orang arab kampong itu menjawab, “Wahai Rasulullah, aku telah membelinya dengan harga yang mahal, tetapi dia tidak mau taat kepadaku, maka akan kupotong saja dan akan kumanfaatkan dagingnya atau kuberikan kepada orang-orang yang memerlukan.” Nabi Muhammad s.a.w. bertanya, “Mengapa engkau menderhakai dia?” Jawab unta itu, “Wahai Rasulullah, sungguh aku tidak menderhakainya dari satu pekerjaan, akan tetapi aku menderhakainya dari sebab perilakunya yang buruk. yaitu kabilah yang dia termasuk di dalam golongannya, semua pada tidur meninggalkan solat Isya’. Kalau sekiranya dia mau berjanji kepada engkau akan mengerjakan solat Isya’ itu, maka aku berjanji tidak akan menderhakainya lagi. Sebab aku takut kalau Allah s.w.t.  menurunkan siksa-Nya kepada mereka sedang aku berada di antara mereka.”
Akhirnya Nabi Muhammad s.a.w. mengambil perjanjian orang Arab kampung itu, bahawa dia tidak akan meninggalkan solat Isya’. Dan Baginda Nabi Muhammad s.a.w. menyerahan unta itu kepadanya. Dan dia pun kembali kepada keluarganya.
Semoga tiga peristiwa yang menakjubkan dan penuh ibroh ini makin menambah rasa taqwa dan syukur kita kepada Allah SWT.

Selasa, 03 Juli 2012

Rasulullah SAW Takut Terhadap Kekayaan Dunia yang Melimpah

Imam Bukhori dan Imam Muslim mengeluarkan dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a di dalam sebuah hadits, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam duduk di atas mimbar dan kami pun duduk di sekitar beliau, lalu beliau bersabda,
“Sesungguhnya yang paling kutakutkan atas kalian ialah jika Allah membukakan kesenangan dan perhiasan dunia kepada kalian.”
Asy-Syaikhani juga mengeluarkan sebuah hadits dari Amr bin Auf Al-Anshay Radhiyallahu Anhu, yang di dalamnya dia berkata, “Rasulullah Shallailahu Alaihi wa Sallam bersabda,
“TerimaIah kabar gembira dan satu harapan bagi kalian Demi Allah, bukan kemiskinn yang aku takutkan terhadap kalian, tetapi aku justru takut jika dunia dihamparkan kepada kalian, sebagaimana yang pernah dihamparkan kepada orang-orang sebelum kalian, lalu mereka saling berlomba untuk mendapatkannya, sehingga kalian menjadi binasa seperti yang mereka alami.”
Ya’qub bin Sufyan mengeluarkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma, bahwa Allah mengutus seorang malaikat kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, yang disertai Jibril Alaihi Salam. Malaikat itu berkata,
“Sesungguhnya Allah menyuruh engkau untuk memilih, apakah engkau menjadi hamba dan nabi, ataukah menjadi raja dan sekaligus nabi.”
Beliau menoleh ke arah Jibril layaknya orang yang meminta saran. Maka Jibril memberi isyarat, agar beliau merunduk dan patuh. Maka beliau menjawab,
“Aku pilih menjadi hamba dan nabi.”
Setelah kejadian ini beliau tidak perah makan sambil telentang, hingga beliau wafat.